Saturday, April 11, 2015

KISAH SUKSES TRI SUMONO YANG SEMULA HANYALAH TUKANG SAPU



KISAH SUKSES TRI SUMONO YANG SEMULA HANYALAH TUKANG SAPU

Kisah sukses Tri Sumono ini menarik diulas karena keunikan latar belakang kehidupannya, sebelum ia menggapai sukses sebagai pengusaha.

Tri Sumono, Pengusaha ini adalah kelahiran Gunung Kidul, 7 Mei 1973. Ia hanya seorang lulusan SMA. Berbekal nekad, pada tahun 1993, ia merantau ke Jakarta dengan hanya berbekal ijazah SMAnya. Ia melamar bekerja tanpa bisa memilih pekerjaan. Pekerjaan apapun ia lakukan untuk mempertahankan hidup. Mulai dari buruh bangunan, dan juga tukang sapu di sebuah perusahaan di wilayah Palmerah Jakarta barat.


Bermula dari seorang tukang sapu, lambat laun Tri Sumono mulai dikenal kalangan kantornya, sehingga ia kemudian dipercaya menjadi office boy. Karena ketekunan dan hasil kerja yang baik, maka ia ditawarkan sebagai pemasaran, sampai akhirnya ia dipercaya sebagai penaggung jawab gudang.

Menghabiskan waktu sebagai pekerja dengan penghasilan tetap, tak membuat Tri Sumono puas. Di sela-sela waktu senggangnya, terutama hari sabtu dan minggu ia berjualan pernak pernik dan aksesoris seperti sandal, gelang, kalung dan lainnya di wilayah stadion Gelora Bung Karno.

Dari pengalaman ini berdagang dan usaha ini, Tri Sumono mulai berpikir bahwa apa yang dihasilkan dari hasil usaha ini lebih menjanjikan daripada menjadi karyawan dengan penghasilan pas-pasan. Sampai akhirnya ia memutuskan untuk mengundurkan diri dari pekerjaannya pada tahun 1997 dan mulai menekuni dengan serius usaha jual aksesoris ini. Ia pun dapat memiliki kios di Mal Graha Cijantung.

Kemudian pada tahun 1999, ia membeli rumah di daerah pondok ungu bekasi utara. Uang ini didapatkan dari hasil jual kios di Mal Graha Cijantung, karena saat itu kiosnya ditawar dengan harga tinggi. Nah kemudian di tempat baru inilah Tri Sumono mulai berbisnis kembali.

Karena wilayah yang cukup ramai, Tri Sumono membuka toko kelontong dan ia juga membangun kontrakan sebanyak 10 pintu dan dipasarkan dengan harga miring. Kontrakan tersebut dihuni oleh kalangan pedagang juga seperti pedagang baso, somay dan lainnya. Mengingat lokasi yang dekat dengan toko kelontongnya, maka para pedagang tersebut menjadi langganan tetapnya. Sebuah strategi brilian bukan?

Kesuksesan dengan toko kelontongnya lantas tidak membuat tidak membuat Tri Sumono puas. Ia kembali berpikir mengenai bisnis lain yang bisa dijalaninya. Terpikirlah ia dengan bisnis pembuatan sari kelapa. Informasi yang diperolehnya bahwa sari kelapa diperoleh dari proses fermentasi air kelapa murni dengan bantuan bakteri Acetobacter Xylium.

Karena keingintahuan akan bisnis sari kelapa ini, maka ia mencoba belajar, sampai akhirnya ia bertemu dengan seorang dosen IPB. Sang dosen sempat enggan mengajari pembuatan sari kelapa karena Tri Sumono hanyalah tamatan SMA yang pasti akan kesulitan dalam menerima penjelasannya.

Kegigihan dan keseriusan dalam belajar membuat sang dosen akhirnya mau mengajarinya. Ia pun belajar pada sang dosen selama 2 bulan dan setelahnya mulai memproduksi sari kelapa.
Produksi sari kelapa Tri Sumono lambat laun dapat diterima pelanggannya, sehingga ia dapat memproduksi 10.000 nampan dan bisa lolos ke perusahaan-perusahaan. Produksi pertamanya senilai Rp, 70 juta. Mulai saat ini usaha sari kelapanya berkembang pesat.

MeMang yang namanya pengusaha, tidak akan puas atas pencapaiannya. Sukses dengan bisnis sari kelapanya, ia pun mencoba usaha lain dan akhirnya berhasil kembali. Usahanya antara lain produksi kopi jahe dengan merek Hootri, Peternakan burung, Pertanian padi dan jahe, usaha alat ATK dan juga franchise ice cream, dengan omset keseluruhan mencapai Rp. 500 juta per bulan.

Sebuah pencapainnya yang luas biasa, jika mengingat dahulunya hanya sebagai tukang sapu. Akan menjadi ispirasi kita bersama. Sukses untuk kita semua !

No comments:

Post a Comment